Ketika menghadiri gereja untuk beribadah, tak sedikit orang yang menganggap gereja layaknya tempat rekreasi atau hiburan. Beberapa orang mungkin hadir untuk menikmati musik yang bagus, bertemu dengan orang-orang di dalamnya, menikmati nilai hiburan dari khotbah yang penuh komedi namun minim pengajaran, serta menikmati berbagai kegiatan yang dikemas sedemikian rupa. Bahkan ada orang yang memandang rendah terhadap ibadah itu sendiri. Mereka datang ke gereja namun selama ibadah sibuk dengan gadget dan tidak memperhatikan pemberitaan firman Tuhan. Ini semua dikarenakan rendahnya pemahaman tentang esensi ibadah sebagai pengagungan bagi Tuhan dan tidak memahami betapa pentingnya menerima firman Tuhan dalam hati, untuk diubahkan olehnya dan bertumbuh melaluinya, sehingga ibadah tidak benar-benar mempengaruhi kehidupan.
Inilah ironi yang terjadi pada Bangsa Israel. Mereka datang berkerumun kepada Yehezkiel sebagai umat Tuhan. Mereka juga mendengar apa yang difirmankan oleh Tuhan, yaitu pesan-pesan dari Tuhan. Namun sayangnya, mereka tidak melakukannya. Seolah-olah semua itu hanya untuk menghibur dan menjadi kesenangan bagi mereka. Itu sebabnya Tuhan berkata, "Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi." Namun pada kenyataannya, hati dan sikap mereka tidak mencerminkan diri mereka sebagai umat Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan memperingatkan mereka. Kebenaran ini hendaknya mengubah paradigma kita dalam memandang ibadah. Jangan lagi memandang rendah sebuah ibadah. Sebaliknya, mari kita menaruh perhatian terhadap sikap kita dalam beribadah. Persiapkan waktu saat hendak beribadah, bersikaplah hormat dan sopan, serta hindari hal-hal yang mungkin akan mengganggu kita selama ibadah berlangsung. Lalu yang terpenting, siapkan hati kita untuk menghampiri Tuhan, memuji Dia, dan diisi oleh firman-Nya. Milikilah kerelaan hati untuk dibentuk oleh firman-Nya, sehingga ibadah-ibadah yang kita jalani tidak sia-sia begitu saja. [RS]