Kata terakhir Yesus di kayu salib, yaitu "sudah selesai", membawa makna mendalam tentang dipuaskannya murka Allah di dalam Kristus. Penting bagi kita untuk memahami bahwa "murka" di sini bukanlah tentang kemarahan yang tidak terkendali yang biasa terjadi pada manusia. Dalam konteks ini, murka Allah merujuk pada keadilan Ilahi yang sempurna, konsekuensi alami dari dosa, yaitu maut. Melalui pengorbanan Yesus, maut yang selayaknya ditanggung oleh manusia telah ditimpakan kepada Yesus. Ia menanggung murka Allah dan menawarkan jalan bagi semua umat manusia untuk dibebaskan dari dosa dan maut. Kebenaran ini menunjukkan bahwa melalui iman pada Yesus Kristus, manusia dapat memperoleh pengampunan dan hubungan yang benar dengan Allah, yang memungkinkan mereka untuk mengalami kehadiran-Nya yang penuh kasih dan belas kasihan. Inilah manifestasi dari rahmat dan kemurahan Allah yang agung sekaligus tawaran keselamatan bagi semua yang percaya pada Kristus.
Renungan ini bukan hanya tentang memahami teologi atau doktrin penebusan dosa, namun juga mengajarkan kita tentang kekuatan kasih yang mengalahkan segala bentuk kemarahan. Ini adalah undangan bagi kita semua untuk merenungkan kembali nilai dan makna hidup kita oleh karena pengorbanan Yesus yang tidak ternilai. Pertanyaan yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri adalah, "Bagaimana saya menilai pengorbanan sebesar itu? Bagaimana saya meresponi pekerjaan-Nya?". Paulus katakan, "supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia." Karena itu, mari kita menjalani kehidupan ini selayaknya orang yang telah memperoleh keselamatan oleh Yesus Kristus, yaitu dengan tindakan yang mencerminkan kasih dan pengampunan-Nya kepada dunia ini. Biarlah kasih kita lebih besar dari kemarahan atau kekecewaan atas apapun yang menimpa hidup kita saat ini. Pilihlah untuk berjalan di jalan yang telah Yesus contohkan, yaitu jalan kasih dan jalan pengampunan. Itulah hidup yang mencerminkan rasa syukur atas pengorbanan-Nya. [IR, LS]