Jika Anda sering bermain "board game", Anda mungkin tidak asing dengan permainan yang bernama "Sorry!". Sederhananya, pemenang dari permainan ini adalah orang yang pertama kali berhasil memindahkan 4 pion miliknya dari titik awal hingga titik akhir. Namun dalam proses permainannya, setiap orang bisa menggagalkan atau menunda kemenangan pemain lainnya, sambil berkata "Sorry!". Dalam permainan ini, setiap pemain akan menikmati bagaimana menjadi orang yang menghambat orang lain dengan membuat pion pemain lain mundur ke titik awal, sambil mengatakan "maaf" kepada pemain tersebut.
Sayang sekali ungkapan maaf seperti ini tak hanya terjadi dalam permainan, namun juga dalam kehidupan nyata. Umat Israel pernah terjebak dengan sikap seperti ini, dimana mereka akan mengoyakkan pakaian sebagai tanda berkabung dan dukacita atas kesalahan mereka, namun ternyata hal ini menjadi kebiasaan semata, dan tidak benar-benar mengubahkan hati mereka. Itu sebabnya Tuhan berkata, "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu". Seruan untuk meminta ampun dan berbalik kepada Tuhan diperintahkan agar dilakukan dengan segenap hati, dengan berpuasa, dengan menangis, dan dengan mengaduh. Dari sini kita menemukan prinsip bahwa setiap permohonan maaf harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran bahwa kita adalah manusia yang tidak imun dari kesalahan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin mendengar seseorang berkata, "saya minta maaf, tapi dia pantas diperlakukan seperti itu", "saya minta maaf, tapi dia harus tahu rasa sakitnya", kita mengatakan maaf sambil mempertahankan ego. Benyamin Franklin pernah berucap, "Jangan merusak permintaan maaf dengan alasan." Sejalan dengan itu, sejatinya permintaan maaf yang sungguh-sungguh harus diiringi kerendahan hati dan pertobatan. Dengan kata lain kita siap untuk tidak mencari pembenaran dan siap untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jadi, lain kali kita meminta maaf terhadap orang tua kita, saudara kita, rekan kerja, atasan, atau staf kita, lakukanlah dengan segenap hati, dengan penuh kesadaran bahwa kita pun banyak sekali kekurangan dan kelemahan, dan kita siap untuk menjadi pribadi yang lebih baik. [LS]