Kita sering mendengar tentang berkat Tuhan, namun banyak orang Kristen yang memiliki pemahaman yang sempit mengenai berkat Tuhan. Sebagian orang Kristen mengartikan berkat Tuhan sebatas kekayaan materil yang berkelimpahan, sehingga akhirnya muncul pandangan yang menyimpulkan bahwa jika seseorang berkenan kepada Tuhan pasti diberkati dengan kekayaan yang melimpah. Sebaliknya, orang yang hidup menderita dianggap sedang didisiplin Tuhan. Padahal, memiliki harta kekayaan secara materiil bukanlah satu-satunya tanda hidup yang diberkati Tuhan.
Berdasarkan bacaan Alkitab kita hari ini, kita sepakat bahwa Ayub adalah orang yang sangat diberkati. Kita juga paham betul bahwa salah satu alasan Ayub diberkati karena ia orang yang saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan. Namun, ketika Iblis mengambil semua kekayaan itu dan membuat hidup Ayub menderita, apakah kita lantas menyebut Ayub orang yang tidak lagi diberkati Tuhan? Dalam situasi tersebut, Ayub berkata, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" Bagi Ayub, penderitaan yang dialaminya justru membawanya kepada pengenalan yang benar akan Allah. Penderitaan itu memurnikan hatinya. Ia pun mengakui bahwa dalam penderitaan ada berkat Tuhan, karena melalui penderitaanlah ia bisa mengenal Allah lebih dalam. Dari kisah Ayub, kita belajar bahwa berkat tidak hanya soal materiil. Berkat adalah kehadiran Tuhan sehingga kita tetap kuat ketika dalam keadaan yang melemahkan, mampu bersyukur ketika kita tidak mempunyai apa-apa, dan tetap taat kepada Tuhan walaupun sedang terpuruk. Ingatlah, Tuhan melimpahkan kekuatan-Nya bagi kita sehingga kita dimampukan untuk melewati penderitaan, dan itu merupakan bagian dari berkat yang indah. [LS]