Kata Hupomone berasal dari bahasa Yunani yang berarti "dengan penuh kesabaran dan ketabahan". Hupomone secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai "kemampuan untuk bertahan pada suatu posisi melampaui batasan waktu yang diharapkan." Bukan sekedar "bertahan", tapi lebih dari itu, didalam ketahanan itu terkandung ketabahan dan ketekunan. Hupomone menggambarkan sebuah ketenangan di tengah situasi yang kacau balau dan juga kemampuan memikul beban hingga titik atau tujuan tertentu. Mengutip dari William Barclay, seorang guru besar Fakultas Teologi Universitas Glasgow di Inggris, hupomone adalah sebuah sikap yang tabah dalam menjalani penderitaan dan berusaha mengubah hal yang sedang terjadi, yaitu penderitaan tersebut, menjadi hal yang mulia dan luhur.
Dari pemahaman ini, setidaknya kita bisa merenungkan beberapa hal dalam menghadapi pencobaan. Saat kita dalam posisi bertahan, ada ketabahan dan ketekunan yang bukan hanya dipandang sebagai sebuah kebajikan yang patut diperjuangkan oleh orang Kristen, melainkan juga merupakan respon iman terhadap ketabahan Kristus sendiri. Dalam 2 Tesalonika 3:5, Rasul Paulus memanjatkan sebuah doa, "Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus". Rasul Paulus mengajarkan kepada jemaat di Tesalonika untuk meneladani ketabahan Kristus yang disebut hupomone. Kita dapat hidup dalam ketabahan dan ketekunan karena Kristus sendiri yang menjadi model dan modal perjuangan kita. Sebagai model, ketabahan Kristus kita teladani, dan sebagai modal, Kristus sendiri yang memberikan ketabahan dan ketekunan kepada kita. Sebagai orang-orang yang menjalani panggilan hidup sebagai murid Kristus, ada banyak pencobaan dan kesulitan hidup yang dihadapi, karena itu kita membutuhkan kualitas rohani yang tidak mudah dipadamkan oleh situasi apapun juga. Kualitas rohani itu bernama hupomone. Dengan hupomone kita akan dimampukan untuk menyelesaikan setiap tugas dan tanggung jawab. [LS]