Anda yang sudah menjadi orang tua pasti mengerti hal ini, orang tua akan senang saat anak-anak mereka menuruti kata-kata mereka. Demikian pula halnya dengan Bapa kita yang di surga. Kita telah belajar iman yang sempurna adalah iman yang disertai dengan perbuatan (Yak. 2:17). Perbuatan di sini berarti ketaatan terhadap firman Tuhan sebagai ekspresi nyata dari iman yang tidak terlihat. Pada awalnya, faktor mendasar yang memutuskan hubungan antara Tuhan dan umat manusia adalah ketidaktaatan. Tuhan memerintahkan Adam dan Hawa untuk tidak makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, tetapi mereka tidak menaati Tuhan dan menyentuh pohon terlarang, sehingga mereka diusir dari Taman Eden (Kejadian 3). Jadi, iman tidak dapat dipisahkan dengan ketaatan.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal dan yang ia kasihi sebagai korban bakaran. Kita dapat melihat bahwa Abraham benar-benar membuktikan imannya kepada Allah. Meskipun ia tidak tahu alasan mengapa Tuhan meminta Ishak untuk dipersembahkan di gunung Moria, ia tetap taat. Ini terjadi karena iman yang total berserah kepada Tuhan. Ia taat karena ia memiliki iman bahwa Tuhan dapat membuat mukjizat! Ia taat karena ia sudah mengalami bahwa Tuhan mampu memenuhi semua yang ia butuhkan. Abraham membuktikan kepada semua orang bahwa ia memiliki iman yang benar kepada Tuhan, dan Tuhan pun disenangkan dan memberkati Abraham dengan berlimpah-limpah. Apakah kita bisa percaya pada sesuatu yang belum kita lihat? Apakah kita mampu taat meski apa yang kita hadapi belum menunjukkan apapun yang dapat diterima secara logika? Apakah kita mau melakukan kehendak Tuhan meski tidak masuk akal? Iman kita lah buktinya. Sebuah iman yang teguh akan membuat kita sanggup untuk taat tanpa ragu, tanpa bertanya-tanya. Mari belajar untuk tidak pernah ragu, percaya Tuhan, dan taat akan apa yang diperintahkan-Nya. [EH]