Bucin adalah salah satu bahasa prokem (sandi) yang merupakan singkatan dari budak cinta. Bucin disematkan kepada orang yang sedang tergila-gila karena cinta. Orang tersebut akan melakukan apa saja untuk orang yang dicintainya. Sebenarnya hal ini beralasan, dengan didukung sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Henk van Steenbergan dari Leiden University, Belanda, bersama dengan para peneliti di University of Maryland menemukan bahwa romansa atau rasa cinta yang baru berkembang akan secara temporary/sementara mengurangi kemampuan kognitif. Orang yang kamu cintai menjadi sangat penting dan ini menghabiskan banyak ruang "hard drive" otakmu. Akibatnya, kemampuan untuk menentukan skala prioritas menjadi terhambat.
Pada Lukas 14:26, Yesus membuat pernyataan yang cukup keras. Kata "membenci" tidak bermakna secara harafiah, melainkan ungkapan kiasan yang memiliki makna sama dengan Matius 10:37. Dengan kata lain, jika kita tidak mengasihi Yesus melebihi kasih kita kepada manusia, maka kita tidak dapat menjadi murid-Nya. Renungan hari ini mengingatkan sobat muda bahwa hal ini bisa diantisipasi sejak awal. Ketika kamu mengalami perasaan jatuh cinta, berikan hatimu 70% saja. Hubungan cinta tidak boleh sepenuhnya melibatkan hati dan perasaan saja, tetapi otak juga. Hal ini didukung oleh kabar baik dari penelitian yang telah dibahas di atas, bahwa keadaan head over heels yang menyebabkan bucin tidak dapat bertahan selamanya. Kemudian sobat muda harus tetap bersikap mandiri. Tidak semua hal harus dilakukan berdua, karena ini dapat menghindari rasa ketergantungan yang dalam sekaligus kekecewaan bahkan kehilangan yang teramat besar jika suatu saat pasangan kita disibukkan dengan hal lain. Last but not least, jangan karena alasan cinta, sobat muda takut untuk menolak saat permintaan dari salah satu pihak tidak masuk akal dan diluar prinsip-prinsip kekristenan. Bersikaplah tegas, berani menolak dan tentukan batasan tentang hal-hal yang bisa atau tidak bisa kamu lakukan untuknya dan boleh atau tidak boleh kamu lakukan dengannya. [LS]