Teolog John Piper mengatakan, "Tuhan ada dimana-mana, dan karena itu, Ia selalu dekat dengan semua orang. Ia memegang segalanya, kuasa-Nya selalu hadir dalam mendukung dan mengatur segala sesuatu." Ini senada dengan apa yang dimazmurkan oleh Raja Daud bahwa ke mana pun ia pergi di situ pun Tuhan berada. Persoalannya adalah, banyak orang yang merasa kehilangan kehadiran Allah. Salah satu orang yang pernah mengalami fase ini adalah C.S. Lewis.
Clive Staples Lewis dibesarkan dalam keluarga Protestan. Saat remaja, ia meninggalkan Tuhan ketika ibunya meninggal. "Saya mulai murtad", kata Lewis. Ia marah terhadap Allah atas kematian ibunya dan menyimpulkan bahwa Allah itu kejam. Dibutuhkan pergumulan intelektual yang panjang sebelum Lewis akhirnya menerima keberadaan Yesus. Hanya satu kuncinya bagi seorang Lewis hingga ia percaya dan menikmati hubungan yang mendalam dengan Yesus, yakni terus mencari-Nya. Begitu banyak buku yang dibaca dan dipelajari oleh Lewis hingga pada saat ia mengikuti kelas tentang Trinitas tahun 1929, ia berlutut dan berdoa, ia menyerah pada pengertiannya sendiri dan mengakui keberadaan Allah. Hari ini mungkin banyak di antara kita yang sedang mengalami susah hati, kesedihan yang mendalam karena ditinggal orang terkasih, dan problema hidup yang tak berkesudahan. Ini bisa menjadi pondasi yang membuat hati kita semakin keras akan keberadaan Yesus dalam hidup kita. Maka dari itu, jangan salah meresponi. Ketika masalah menyerang kita, kita dapat "menelepon" Tuhan sebagai our number one speed dial seperti yang selalu dilakukan Raja Daud. Ingat lagi dengan apa yang dikatakan Raja Daud, Ia ada di mana pun kita berada. Ia tak pernah jauh. Temuilah Dia setiap saat. Ia-lah sumber pertolongan dan damai sejahtera. [LS]