Saat Prancis jatuh ke tangan Hitler, itu menandakan Inggris menunggu perang. Banyak orang berpikir bahwa sangat bijak untuk Inggris bernegoisasi damai dengan Jerman. Tetapi Winston Churchill berkeyakinan bahwa Inggris harus berdiri teguh. Ia menguatkan orang-orang yang pengharapannya kelam dengan berkata, ?Kita akan bertempur di Prancis, di laut dan samudera, dengan keyakinan dan kekuatan yang terus bertumbuh di udara, kita harus mempertahankan negara kita, apa pun risikonya, kita akan bertempur di pantai-pantai, di tanah yang rata, di ladang-ladang dan jalanan, di bukit-bukit, kita tidak akan pernah menyerah.? Dan karena keteguhan hatinya, rasa takut orang-orang Inggris berganti menjadi pengharapan sehingga gelombang peperangan pun berubah.
Saat kita berada dalam keadaan kelam tak berarti kita boleh mengabaikan sikap keteguhan hati, karena Tuhan berjanji menyertai kita di kekelaman tersebut (Mazmur 23:4). Seperti yang terjadi kepada bangsa Israel, umat pilihan-Nya yang berada dalam pembuangan. Mereka merasa terasing, ditambah lagi dengan pesan bahwa mereka akan mengalami hal itu sampai tujuh puluh tahun, tentu keadaan itu mengakibatkan keputusasaan yang mendalam. Tetapi dalam masa-masa itu, penyertaan Tuhan nyata bagi mereka. Untuk menguhkan hati mereka Tuhan juga memberi penghiburan dan nubuatan melalui nabi-Nya, ?Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku. Demikian firman Allahmu.? (Yesaya 40:1). Pada akhirnya Tuhan menggenapi janji pemulihan-Nya kepada umat kesayangan-Nya itu. Hari ini hal yang sama berlaku bagi kita. Waktu kita berada di lorong kegelapan yang paling dalam, kekuatan kita bisa tandas habis, tetapi bisa dipastikan kalau Tuhan akan mengulurkan tangan-Nya kepada yang percaya kepada-Nya. [RS]