People-pleaser adalah seseorang yang selalu ingin menyenangkan orang lain. Meski terdengar positif, faktanya menjadi people-pleaser adalah hal negatif. Pasalnya, ini adalah sikap manipulatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Biasanya people-pleaser selalu berkata "ya" walau sebenarnya keberatan, takut dengan perasaan orang lain, berpura-pura baik-baik saja padahal sedang terluka, tak berani berkata tidak, sering merasa bersalah, overthinking dengan pemikiran orang, butuh pujian untuk membuat tenang, memuji tidak dari hati, memilih diam dan pura-pura setuju untuk menghindari konflik, sangat tidak nyaman ketika ada yang marah, dan pada dasarnya ia melakukannya agar disukai orang lain atau takut pada orang tertentu.
Paulus pernah menuliskan bahwa ia tidak berusaha menyenangkan hati orang lain dengan kata-kata manis atau sanjungan melainkan ia hanya berusaha menyenangkan Tuhan. Menyenangkan orang lain tentu tidaklah salah, di suratnya yang lain Paulus sendiri mengajak agar setiap orang mencari kesenangan sesama untuk membangunnya. Hal ini menjadi salah apabila karena berusaha menyenangkan orang lain kita mengabaikan Tuhan dan hal-hal yang berkenan bagi-Nya, menyenangkan orang lain karena takut ditolak dan agar diterima. Kita bisa belajar dari beberapa kisah di Alkitab. Seperti Pilatus yang membiarkan Yesus untuk disalib karena takut terhadap penolakan orang-orang Yahudi walaupun ia tahu bahwa Yesus tidaklah bersalah, Harun yang membuat patung lembu emas untuk disembah karena desakan bangsa Israel, Simson yang melanggar sumpahnya kepada Tuhan karena dorongan Delila, Ruben yang setuju menjual Yusuf karena desakan saudara-saudaranya, dan Petrus yang menyangkal Yesus karena takut kepada perkataan orang. Apakah Anda sulit untuk bersikap apa adanya, mengabaikan kebenaran hanya karena berusaha menyenangkan orang di sekitar Anda? Perhatikanlah bagaimana kitab hikmat memberitahu kita bahwa takut kepada orang mendatangkan jerat (Amsal 29:25). [RS]