Kita semua pasti pernah mendengar istilah lip service, yaitu saat seseorang mengatakan setuju atas sesuatu tetapi tidak melakukan apa pun untuk mendukungnya. Saya merasakannya ketika saya membuat janji dengan sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Kami sudah bersepakat, di hari H dia mengundur jam pertemuan, hingga akhirnya kami batal bertemu. Pola dunia saat ini banyak mengandalkan janji di mulut saja. Produk-produk yang saya beli juga ternyata tidak semuanya sesuai dengan apa yang mereka katakan dalam iklan. Bahkan ada pekerjaan yang menuntut para pekerjanya untuk mempunyai kemampuan berbicara semanis mungkin, tapi tidak memiliki after sales service yang cukup baik. Ini kondisi yang menyedihkan. Bagaimana dengan kita?
Ada satu perumpaan yang Yesus berikan di Alkitab. Ada seseorang yang memiliki dua anak. Ia pergi kepada anak pertama dan menyuruhnya bekerja di kebun anggur. Kemudian anak ini berkata, "Baik, bapa." Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang tua itu pergi kepada anak yang kedua dan memerintahkan hal yang sama. Anak kedua ini menjawab, "Aku tidak mau." Tetapi kemudian anak ini menyesal dan segera melakukannya. Menurut Anda, mana yang lebih baik? Mari periksa diri kita, apakah kita masih hidup seperti anak yang pertama, yang melakukan lip service agar hati Bapa merasa terhibur? Hari ini kita belajar bahwa sikap hidup orang percaya tidak hanya mengandalkan bibir yang manis, tapi juga didukung dengan perilaku manis yang sesuai dengan bibirnya. Ingatlah bahwa bukan orang yang berkata, "Tuhan, Tuhan!" yang akan masuk ke dalam kerajaan Sorga, melainkan mereka yang hatinya sungguh-sungguh bertobat dan percaya, serta melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan. [LS]