Dalam konteks bacaan Alkitab hari ini, bermulut manis berarti mengucapkan kata-kata yang menyenangkan orang lain tetapi menutup-nutupi maksud sebenarnya yang tidak baik. Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang seperti ini? Atau kita-kah orangnya? Orang-orang bermulut manis akan melontarkan kata-kata pujian yang berlebihan secara berulang-ulang, tetapi biasanya kita bisa merasakan bahwa hal itu diutarakan secara tidak tulus atau "mempunyai maksud yang tersembunyi" yang bersangkut paut dengan keinginan atas suatu hal untuk mencari keuntungan atau kepentingan diri sendiri.
Terhadap sikap ini, Rasul Paulus memberikan jawabannya, "karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita." Istilah yang tepat untuk menerjemahkan kata "menyukakan manusia" atau "menyenangkan hati orang" adalah tujuan kita berbicara bukanlah untuk membuat orang senang kepada kita dengan memenuhi keinginan orang tersebut, melainkan untuk menyukakan dan menyenangkan Allah. Karena Allah sendiri adalah saksi yang menguji hati, Ia yang mengetahui kedalaman hati kita dan maksud dari perkataan yang keluar dari mulut kita. Mulai hari ini, biarlah setiap perkataan yang kita lontarkan kepada orang lain tidak boleh mengandung maksud lain. Sebaliknya, dalam mengucapkan sesuatu, hendaknya kita penuh dengan kasih yang tulus, sebagaimana Rasul Paulus menggambarkannya "sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya". [LS]