Banyak orang mengatakan bahwa dirinya akan berubah untuk mengalahkan kebiasaan buruk, contohnya seperti kebiasaan terlambat, kebiasaan merokok, mabuk dan banyak lainnya. Berapa banyak orang yang bertekad untuk berhenti dari rokok namun kembali lagi pada rokoknya? Berapa banyak orang yang berhasil datang lebih awal hanya di satu minggu pertama, namun pada waktu berikutnya lagi-lagi terlambat? Apapun bentuk perubahan yang ingin dicapai, semuanya tidak akan pernah benar-benar berubah tanpa kedisiplinan. Tanpa sifat disiplin, semua hal hanya akan terlihat sebagai sebuah eksperimen. Sedangkan eksperimen yang dilakukan dengan disiplin berpotensi menjadi sebuah budaya/kebiasaan baru. Jika sesuatu sudah menjadi kebiasaan, maka sesuatu itu akan menjadi kebutuhan.
Di dalam Alkitab Bahasa Indonesia, memang tidak ada satupun kata "disiplin". Namun di dalam 2 Timotius 1:7 kita menemukan kata "ketertiban". Untuk mempertegas kebenaran firman Tuhan, kita perlu mencari asal kata "ketertiban" yang ternyata berasal dari kata "sophronismos" yang diartikan "discipline, that is, self control" menurut Strong̢۪s Concordance, salah satu konkordansi Alkitab. Sophronismos berarti disiplin dan pengendalian diri. Dengan demikian, Allah memberikan kepada kita roh yang membangkitkan kedisiplinan. Kita sepakat bahwa disiplin menjadi salah satu karakter ilahi yang harus kita miliki sebagai murid Kristus. Untuk mengusahakan kedisiplinan, dibutuhkan pemaksaan diri atau pengkondisian secara teratur/berulang-ulang, karena sebelumnya Alkitab telah menjelaskan kaitan antara kedisiplinan dan pengendalian diri. Berusahalah sungguh-sungguh untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi sebagaimana Rasul Paulus katakan, "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya". [LS]