Iblis selalu berusaha agar kita merasa perlu untuk memastikan semua hal yang kita lakukan dilihat dan dipuji. Artikel The Perils of Self-Promotion, di Harvard Business Review, mencatat bahwa kita telah mengambil bagian dalam budaya kepercayaan diri dan promosi diri terlalu jauh. Promosi diri yang dimaksud adalah berbicara atau menyajikan keterampilan, pencapaian, pengalaman, bakat, dengan tujuan mencapai pengakuan dan kemajuan. Promosi diri dapat menyebabkan kita memiliki pandangan yang tidak realistis tentang kompetensi dan keterampilan diri. Seseorang yang memiliki motivasi promosi diri cenderung mengarahkan waktu dan energinya bukan untuk mengembangkan kompetensi, melainkan mencari tahu cara memanfaatkan suatu hubungan, mengesankan atasan, atau mempertahankan citra diri. Promosi diri rentan menjadi boomerang bagi diri sendiri. Itulah mengapa orang percaya seharusnya memiliki kerendahan hati sebagai kunci kesuksesan.
Pencapaian, pengakuan, dan kepemimpinan sama sekali tidak dibatasi oleh Alkitab, tetapi, melalui kitab Amsal, Tuhan memberikan dua jawaban atas perihal ini. Pertama, Amsal memuji ketekunan sebagai jalan menuju pengakuan dan kepemimpinan. Amsal 12:24 berbunyi, "Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa." Tuhan menyatakan bahwa ketekunan akan membawa seseorang pada kekuasaan. Kedua, tanggung jawab dan keterampilan yang meningkat akan dihargai dengan pengakuan dan tanggung jawab yang lebih besar. Raja Salomo pun bertanya lebih dahulu, "Apakah Anda melihat orang yang terampil dalam pekerjaannya?" sebab "Di hadapan raja-raja ia akan berdiri". Dalam ayat hafalan hari ini, kata-kata "naiklah ke mari" mengajarkan kita bahwa sebuah pengakuan tidak diperoleh melalui promosi diri, melainkan melalui pengakuan orang lain atas pencapaian kita. Kitab Amsal menunjukkan pada kita bahwa ada jalan alami menuju kepemimpinan dan pengakuan. Bahkan para pemikir bisnis terbaik mulai menyadari bahwa pemimpin yang efektif dan karyawan yang produktif adalah mereka yang pekerjaannya bercirikan kerendahan hati. Dengan demikian, orang-orang yang menikmati hak istimewa sebuah kepemimpinan dan berdiri di hadapan raja seharusnya memiliki kerendahan hati dan excellent dalam menjalankan tanggung jawabnya. Ingatlah bahwa ketekunan dan mempercayai Tuhan merupakan jalan yang lebih baik untuk menciptakan peluang kepemimpinan bagi kita daripada upaya promosi diri. [LS]