Plato pernah bertanya mungkinkah di dunia yang goncang ini kita bisa mendapatkan fondasi yang tak tergoncangkan, mungkinkah di alam yang relatif ini kita mendapatkan sesuatu yang mutlak, mungkinkah dalam segala sesuatu yang terus berubah kita mempunyai dasar yang tidak berubah? Memang dunia tempat kita tinggal sarat dengan goncangan, semuanya relatif, sementara, dan satu-satunya yang tidak berubah adalah perubahan. Manusia akan terus terombang-ambing jika mereka tidak mau takluk pada kebenaran yang Tuhan wahyukan sendiri.
Di dalam Alkitab, kita dapat membaca bahwa orang-orang yang percaya kepada Tuhan adalah seperti Gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selamanya. Itu karena Tuhan sendiri adalah batu yang hidup, yang dipilih dan dihormati di hadapan Allah. Siapa yang menaruh kepercayaan kepada batu yang hidup itu, tidak akan dikecewakan-Nya. Kita bersyukur bahwa kita tidak berasal dari dunia ini, Tuhan telah memilih kita, dan kita telah dimiliki-Nya (Yohanes 15:19). Dengan begitu kita tidak perlu takut dengan dunia yang sarat dengan goncangan dan perubahan, kita dapat percaya dan bersandar kepada Allah kita yang tak tergoncangkan, kuasa-Nya mutlak, dan Ia Allah yang tidak pernah berubah dulu, sekarang, dan selama-lamanya. Perhatikanlah apa yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada Timotius dalam 2 Timotius 2:19 BIS, "Tetapi dasar kokoh yang dibuat oleh Allah tidak dapat digoncangkan. Di atasnya tertulis ini, "Tuhan mengenal orang-orang milik-Nya," dan "Orang yang berkata bahwa ia milik Tuhan, orang itu harus berhenti melakukan perbuatan yang salah." Berhenti melakukan perbuatan dosa adalah kunci sekaligus tantangan bagi orang percaya sejati. Ingat, kita percaya bahwa kita memiliki jaminan untuk dapat bersandar kepada Tuhan sebagai batu yang hidup, namun kita juga perlu memastikan bahwa Tuhan benar-benar mengenal kita sebagai orang yang dimiliki-Nya dengan cara jangan melakukan perbuatan dosa. [LS]