Di dalam Alkitab berbahasa Indonesia, kita memang tidak menemukan kata "disiplin". Tapi kita dapat menemukan maknanya melalui kata "ketertiban" yang ada dalam 2 Timotius 1:7. Menurut salah satu konkordansi Alkitab, Strongâs Concordance, kata "ketertiban" berasal dari kata "sophronismos" yang diartikan "discipline, that is, self control". Sophronismos berarti disiplin, yaitu sama dengan pengendalian atau penguasaan diri yang termasuk ke dalam sembilan buah roh. Dengan demikian kita sepakat bahwa disiplin adalah salah satu karakter ilahi yang harus dimiliki setiap murid Kristus.
Pertanyaannya sekarang apakah kita menemukan diri kita sebagai orang yang disiplin? Seberapa tertib kita menjalani hidup ini? Apakah pekerjaan selesai tepat pada waktunya? Apakah kita tidak lagi terlambat datang ke kantor? Apakah kita berhasil tidak lagi berkata kasar? Apakah kita berhasil mempraktikkan kesabaran dan mengendalikan emosi? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang menuntut disiplin diri. Teolog dan mantan pendeta di Universitas Harvard dan Oxford, David Elton Trueblood, mengatakan bahwa disiplin adalah harga yang harus dibayar untuk mengalami kemerdekaan. Paradoks dasar tentang kebebasan menyatakan bahwa kita paling bebas ketika kita terikat. Ibarat seorang atlet yang ingin menjuarai turnamen tapi tidak mendisiplinkan tubuhnya dengan olahraga teratur, makan makanan sembarangan, tidur larut malam, maka ia tidak bebas untuk berprestasi di lapangan. Kegagalan mendisiplin diri membuatnya kehilangan kebebasan untuk berlari dengan kecepatan dan daya tahan yang diinginkan. Prinsip yang sama berlaku dalam seluruh aspek hidup kita. Tidak ada trik atau jalan pintas untuk kita dapat mengalami kebebasan finansial, memiliki tubuh yang ideal, menjadi pemain musik handal, olahragawan yang berprestasi, bahkan untuk dapat bersahabat dengan Tuhan kita harus disiplin rohani. Cermati apa yang Yesus katakan di dalam Yohanes 8:31-32, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Kebebasan sejati ada di akhir proses pendisiplinan seorang murid Yesus, apabila kita tetap hidup dalam firman dan kebenaran-Nya. Kiranya kebenaran ini dapat menjadi dasar kita untuk menjalani hidup yang disiplin. Bagaimanapun juga disiplin menjadi satu syarat untuk terjadinya perubahan hidup yang lebih baik. [LS]