Pelanduk yang disebutkan oleh Agur bin Yake (Amsal 30:26) adalah salah satu binatang kecil namun sangat cekatan. Ukuran pelanduk kira-kira sama dengan kelinci. Selain kecil, hewan ini lemah, sehingga membuatnya mudah untuk dimangsa oleh hewan-hewan liar lainnya. Namun ternyata, pelanduk cukup cerdik untuk melindungi dirinya dengan membuat rumahnya di bukit batu agar dapat bertahan hidup. Maka tak heran jika Agur bin Yake menjadikannya sebagai suatu pelajaran hidup yang bisa kita teladani dari pelanduk ini.
Sebagai manusia sejatinya kita adalah makhluk yang lemah. Terlepas dari berbagai kekuatan yang bisa kita andalkan, pada dasarnya kita adalah pribadi yang rentan terhadap dosa dan juga lemah terhadap berbagai permasalah hidup. Jika seekor binatang seperti pelanduk saja memiliki kecerdikan untuk melindungi diri, alangkah malangnya jika sebagai manusia yang diberi akal dan budi, kita tidak tahu mencari tempat perlindungan. Pemazmur Daud berkata Tuhan adalah perlindungan abadi kita. Alkitab sendiri banyak menggambarkan bahwa Tuhan adalah bukit batu, kubu pertahanan, gunung batu, tempat berlindung, dan kota benteng kita. Sungguh melegakan, karena kita memiliki perlindungan sejati, yang tidak terkalahkan oleh apa pun juga. Saat-saat di tengah keadaan kita merasa lemah menghadapi berbagai tantangan hidup, mari ingatkan diri kita dan perkatakan, "Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku." (Mazmur 94:22). Bahkan Kristus merupakan kuasa yang besar di dalam kita (2 Korintus 13:3 FAYH). Sebagaimana pelanduk yang cekatan, kita pun jangan berlambat-lambat mencari perlindungan, karena Iblis bisa saja menjatuhkan kita. Sebaliknya, marilah kita menjadi pribadi yang bijak seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Dan batu karang kita ialah Kristus (1 Korintus 10:4). Apa pun tantangan hidup kita, maka tak ada cara lain selain berlindung selalu di bawah naungan Tuhan yang abadi. [RS]