Kata "lemah lembut" dalam bahasa Yunani disebut praus yang artinya kekuatan terkendali. Ternyata praus juga menjadi salah satu istilah militer untuk menyebut kuda perang. Pada zaman Yunani dan Romawi, kuda-kuda jantan liar akan dilatih. Dari hasil latihan tersebut, sebagian kuda akan menjadi kuda beban dan sebagian lainnya akan menjadi kuda balap. Tapi hanya sedikit kuda-kuda terbaik yang dipilih menjadi kuda perang. Kuda-kuda ini terpilih karena di satu sisi tidak kehilangan sifat aslinya yang kuat dan berani, tapi di sisi lain mereka berhasil dilemahlembutkan. Kuncinya adalah kekuatan yang terkendali.
Di dalam Alkitab, tokoh yang dengan jelas disebut sebagai orang yang lemah lembut adalah Musa. Bukannya lemah atau tidak pernah marah, tapi Musa adalah pribadi yang dapat menahan diri dan bersikap lemah lembut di saat yang tepat. Ketika menghadapi pertentangan dari Miryam dan Harun, Musa tidak merespon secara membabi buta. Tuhan sendiri yang melakukan pembelaan dengan memaparkan keistimewaan Musa dan seketika menjatuhi hukuman penyakit kusta kepada Miryam. Kelemahlembutan Musa juga terbukti di kala ia segera meminta Tuhan untuk menyembuhkan Miryam. Ini artinya, kelemahlembutan adalah karakter yang mampu mengendalikan emosi dengan kekang akal budi. Orang yang lemah lembut memiliki kekuatan yang terkendali, selalu bisa menyalurkan amarahnya dengan bijak dan tidak takut untuk mengasihi serta mengampuni dalam amarahnya. Mari lihat pada kehidupan kita, bagaimana sikap kita ketika mendapatkan suatu pertentangan yang memancing emosi kita? Sudahkah kita memiliki kelemahlembutan yang memampukan kita untuk tunduk taat pada kehendak Allah saja? Kelemahlembutan akan muncul dari sikap yang rendah hati dan kesadaran penuh bahwa kita berada di bawah otoritas Tuhan. Mulailah dengan mengenali titik lemah Anda dan berlatih menahan diri. Peperangan nyata di dunia ini banyak macamnya, tunjukkan kelemahlembutan dengan cara mengontrol emosi, tidak membalas dendam, mencintai kedamaian, kita juga bisa meminta maaf terlebih dahulu, bahkan kita dapat menjadi pelayan bagi sesama. Kita rendah hati, dan itulah kekuatan kita. Jika kita mengharapkan pembelaan yang datang dari Allah, maka berusahalah agar kelemahlembutan menjadi salah satu karakter kita. [LS]