Pesimisme merupakan sikap atau pandangan yang tidak memiliki harapan baik. Orang-orang yang pesimis cenderung ragu akan kemampuan atau keberhasilan suatu usaha. Sifat dan sikap ini ternyata tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri, tapi juga orang lain karena berpotensi menular. Inilah yang terjadi kepada 10 pengintai. Sebagai perwakilan dari masing-masing suku, hasil laporan pengintaian mereka sangat berpengaruh kepada suku yang mereka wakili. Lihatlah pada bacaan Alkitab hari ini, mereka mengutarakan kalimat-kalimat yang pesimis.
Mereka menyampaikan kabar busuk tentang negeri yang mereka intai, mereka mengatakan bahwa negeri itu sangat berbahaya, bahkan untuk penduduknya sendiri. Sepuluh pengintai ini tidak berhenti mengumbar perkataan pesimisme, mereka melanjutkan dengan penilaian dan prasangka buruk mereka sendiri, "Dibandingkan dengan mereka, kami merasa seperti belalang, dan pasti begitulah anggapan mereka terhadap kami." (Bilangan 13:33 BIS). Lihatlah dampak yang diakibatkannya, segenap umat Israel berteriak dan menangis sepanjang malam. Sikap sebaliknya dapat kita lihat dari Yosua dan Kaleb, mereka mengeluarkan kalimat-kalimat yang optimis. Mereka mengatakan "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita". Ini tidak hanya berbicara tentang kalimat yang positif, tapi perspektif iman Yosua dan Kaleb yang meyakini janji Allah. Tapi hal ini justru membuat mereka terancam dilempari batu oleh orang-orang Israel. Kenyataannya, emosi negatif jauh lebih mudah diserap daripada emosi positif. Dengan mengetahui hal ini, sebaiknya kita mengurangi kalimat-kalimat pesimis di dalam keluarga, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan pertemanan. Jikapun ada kenyataan yang tidak sesuai harapan, berusahalah untuk menyampaikannya dengan hati-hati, penuh hikmat, dan disertai solusi. [LS]