Hamba tuhan, Derek Prince, pernah menceritakan jemaat pribumi saat ia tinggal di Afrika Timur. Meski secara ekonomi tergolong rendah, tetapi jemaat ini memiliki kebiasaan memberi dengan sukacita. Karena tak memiliki uang, mereka kerap memberi biji kopi, jagung, telur, atau ayam hidup. Derek Prince menyaksikan bagaimana ibu-ibu berlari maju ke depan sambil menjunjung jagung atau seekor ayam yang masih hidup di atas kepalanya, untuk menaruh persembahan tersebut di depan altar. Ia begitu tersentuh dengan sikap orang-orang sederhana yang memberi dengan bahagia bahkan dalam kekurangan mereka.
Memberi dalam kekurangan juga dapat kita temukan dalam kisah seorang janda miskin. Janda ini memberi persembahan dua peser, yaitu satu duit. Ini merupakan mata uang Yahudi yang nilainya paling kecil. Kita tahu bahwa ada banyak orang kaya yang memberi persembahan dalam jumlah besar. Tetapi perhatikan apa yang Yesus katakan, "Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan." Yesus memuji pemberian janda miskin yang menurut hitungan manusia tidaklah seberapa, karena ia memberi dari kekurangannya, bahkan semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. Memberi dari apa yang kita miliki adalah baik dan wajar, tetapi memberi dalam kekurangan merupakan tindakan iman, yang tentunya Tuhan harapkan dari kita sebagai anak-anak-Nya. Umumnya kita diajar untuk bijak dalam memberi sesuai dengan apa yang kita miliki. Tetapi Tuhan rindu agar kita bisa belajar seperti janda ini, yang telah memberi dengan pengorbanan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh jemaat Makedonia. Sebagai orang percaya, ada baiknya seiring pertumbuhan iman kita, maka kita pun perlu meningkatkan tindakan iman tersebut dalam hal memberi. Kita perlu meningkatkan level kita di dalam memberi persembahan, walau hal tersebut mungkin mengusik kenyamanan kita. Percayalah, dengan tindakan yang sesuai firman-Nya tersebut, kita telah belajar memberi sesuatu yang terpenting dari diri kita untuk Tuhan. Bukan untuk menyogok Tuhan agar mencurahkan berkat-Nya, namun satu-satunya alasan kita memberi dalam kekurangan adalah karena Ia layak menerima bagian terpenting dari diri kita. Ingat bahwa persembahan kita adalah bagian dari ibadah kita. Marilah membawa persembahan yang terbaik untuk Tuhan, belajarlah memberi dalam keterbatasan dan kekurangan kita. [RS]