Setiap manusia memiliki perasaan. Dalam satu hari, seseorang dapat merasakan banyak sekali perasaan, baik perasaan positif dan juga perasaan negatif. Perasaan bukanlah sesuatu yang mudah di kontrol, perasaan dapat muncul begitu saja sebagai reaksi terhadap suatu kejadian. Ada orang yang biasa mengutarakan perasaannya pada orang terdekat seperti pasangan, keluarga ataupun teman, tetapi ada juga yang lebih suka menyimpan dan memendam perasaannya karena berbagai alasan. Sayangnya, jika perasaan negatif disimpan terlalu lama, maka akan berkembang menjadi sampah batin. Iri hati, dengki, rasa benci, dendam, rendah diri, kemarahan, jika terus-menerus dipendam hanya akan menambah beban dan menguras damai sejahtera. Selain itu, terlalu sering menyimpan sampah batin juga berdampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik.
Ketika Ayub dicobai dengan pencobaan bertubi-tubi, ia merasakan kesesakan jiwa yang sangat hebat, namun ia seperti tidak punya tempat untuk berkeluh kesah. Istrinya sebagai orang terdekat malah menyuruh Ayub menghujat Tuhan, teman-temannya juga dirasa tidak dapat memberikan penghiburan baginya. Ayub hanya dapat berkeluh kesah kepada Tuhan, menceritakan segala kesesakan dan kepedihan yang ada dalam hatinya. Hari-hari ini begitu sulit bagi banyak orang, tidak sedikit yang terjebak dalam kesesakan tanpa tahu harus berpaling kepada siapa. Ingin bercerita pada orang terdekat, namun ada rasa enggan menambah beban mereka. Ingin bercerita pada teman, namun ada rasa sungkan karena semua orang sedang bergumul dengan hidupnya masing-masing. Tapi ketahuilah, ada satu Pribadi yang tak pernah undur untuk mendengar dan mempedulikan perasaan Anda, Dia-lah Bapa kita yang di Sorga. Bapa adalah Pribadi yang selalu ada untuk mendengarkan tanpa menghakimi. Datanglah kepada-Nya dengan segala kejujuran dan kerapuhan Anda. Tuangkan segala perasaan yang selama ini terpendam, percayalah bahwa Ia sanggup memberikan kelegaan dan kedamaian sejati bagi semua yang berharap kepada-Nya. [EV]