Setiap kita tentu pernah membuat kesalahan. Namun, tak sedikit orang hidup dalam perasaan bersalah yang berlebihan hingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Mereka masih hidup di bawah bayang-bayang dosa masa lalu, dan merasa belum merdeka dari masa lalu yang buruk. Menurut American Psychiatric Association, rasa bersalah yang berlebih dapat dikategorikan sebagai salah satu tanda dari depresi. Hal tersebut dikarenakan perasaan ini biasanya muncul dari trauma masa kecil. Perasaan bersalah yang berlebihan dapat berdampak buruk. Mulai dari kesulitan berkonsentrasi, memperburuk hubungan dengan orang sekitar, hingga menjatuhkan harga diri sendiri.
Sebenarnya perasaan bersalah adalah emosi yang normal. Rasa bersalah yang dikelola dengan baik, bahkan dapat memotivasi kita untuk hidup dengan benar. Akan tetapi, perasaan bersalah yang berlebihan bisa menjadi jerat bagi kita. Daud dalam Mazmurnya menyampaikan secara rinci bagaimana ia mengalami tekanan yang begitu memberatkan karena kesalahannya. Secara fisik ia berkata tidak ada yang sehat. Luka-luka karena kebodohan, terbungkuk-bungkuk, sepanjang hari berjalan dengan dukacita, pinggang penuh radang, ia kehabisan tenaga, merintih karena jantung yang berdebar-debar, dan selalu dirundung kesakitan. Bahkan ia telah menjadi seperti orang tuli yang tidak mendengar. Namun di akhir mazmurnya ia menyatakan, "Ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas karena dosaku⦠Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN, Allahku, janganlah jauh dari padaku! Segeralah menolong aku, ya Tuhan, keselamatanku!". Kita perlu mengakui kesalahan dan memohon belas kasihan Tuhan. Bukan sebaliknya, hidup dalam rasa bersalah secara terus menerus. Ingat, Firman-Nya berkata, "Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." Kerinduan-Nya adalah untuk menghapus dosa kita, tidak lagi mengingat dosa-dosa tersebut, dan menyelamatkan kita melalui Yesus Kristus. Mulai saat ini, lepaskan diri dari rasa bersalah dengan mengakuinya di hadapan Tuhan, memohon pengampunan, dan seterusnya hidup dalam belas kasih dan anugerah Tuhan dengan menjaga hidup yang berkenan di hadapan-Nya. [RS]