Ketika kita mendengar penyembahan berhala, kita mungkin berpikir tentang menyembah patung atau dewa-dewa palsu. Tetapi sebenarnya, apa pun bisa menjadi berhala di dalam kehidupan kita, yaitu apa pun yang kita letakkan lebih penting dari Tuhan atau dari hubungan kita dengan-Nya. Berhala kita bisa jadi berupa ponsel, komputer, uang, harta benda, seseorang, bahkan ide kesuksesan, kekuasaan, dan popularitas. Semua hal tersebut bukanlah masalah sampai kita membiarkannya melampaui Tuhan sebagai prioritas pertama dan utama dalam hidup kita.
Di dalam bacaan Alkitab hari ini, beberapa tua-tua Israel menghadap Yehezkiel untuk menerima arahan dari Tuhan. Tetapi Tuhan mengetahui hati, motif, dan kehidupan mereka sehingga Tuhan menolak untuk berbicara dengan mereka. Tuhan tahu pada kenyataannya mereka tidak sepenuhnya berkomitmen kepada Tuhan, mereka memiliki berhala di hati mereka dan melakukan hal-hal yang membawa mereka ke dalam dosa. Fakta yang menyedihkan adalah bahwa mereka tampaknya tidak menyadari kondisi hati mereka yang sebenarnya. Kondisi yang sama dapat terjadi pada kita. Betapa mudahnya kita membiarkan berhala-berhala di dalam hati kita dan merangkul hal-hal yang mengarah pada dosa, bahkan tanpa menyadarinya. Berhala-berhala ini dapat menghalangi hubungan kita dengan Tuhan. Pertanyaannya, bagaimana kita mengetahui jika hal-hal tertentu dalam hidup kita berubah menjadi berhala? Ujian terbaik adalah melihat apa yang membentuk keputusan yang kita buat dalam hidup kita. Hal-hal yang kita prioritaskan akan memengaruhi keputusan yang kita buat. Kita membuat berhala modern saat kita memilih hal lain daripada mendengarkan Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan katakan. Kita menjadikan apa pun atau siapa pun memiliki otoritas lebih dalam hidup kita daripada Tuhan. Dalam hal ini, kita perlu membuka hidup kita di hadapan Tuhan melalui doa dan meminta Tuhan untuk mengungkapkan jika ada dosa dalam hidup kita. Kita harus meminta Tuhan untuk mengeksplorasi segala sesuatu di hati dan pikiran kita, dan siap untuk mengakui dosa-dosa kita. Selanjutnya, kita harus berkomitmen untuk hidup sesuai dengan firman-Nya, dan menjadikannya sebagai pengukur bagi pikiran, sikap, dan tindakan kita. Kita harus siap bertindak untuk menghapus berhala yang ada dalam hidup kita. Dalam beberapa situasi, ini mungkin semudah mematikan telepon selama waktu ibadah atau saat teduh. Tetapi dalam situasi lain, mungkin lebih sulit, seperti melepaskan gagasan tentang bagaimana kita ingin hidup kita terlihat di hadapan orang lain. Satu hal yang dapat membantu kita adalah selalu mengingat kebaikan Tuhan dan apa yang sudah Tuhan beri dalam kehidupan kita. Penuhi diri kita dengan ucapan syukur. Tuhan telah memberikan segalanya bagi kita, jadi sudah selayaknya kita pun memberikan segalanya bagi Tuhan. Jangan biarkan apa pun dalam hidup ini berkembang menjadi berhala. [EH]