Memperbaiki suatu hubungan yang rusak adalah hal yang harus kita upayakan. Sebagaimana Kristus pun memandang betapa berharganya sebuah hubungan, hingga Ia rela mati demi kita untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak karena dosa. Firman Tuhan juga memerintahkan kita untuk berusaha hidup damai dengan semua orang (Ibrani 12:14). Sebab inti dari kekristenan adalah mengasihi. Tuhan ingin agar kita menghargai hubungan dan berupaya memeliharanya, bukan mengabaikannya ketika ada keretakan, sakit hati, dan konflik. Jadi apa pun masalahnya, kita wajib menyelesaikannya dengan baik pada waktu yang tepat.
Dalam bacaan kitab hari ini, kita mendapati hubungan Esau dan Yakub akhirnya dipulihkan. Setelah penipuan yang membuat Yakub menjadi seorang pelarian selama puluhan tahun, akhirnya ia kembali bertemu dengan kakaknya. Sebelum pertemuannya itu, Yakub bertemu dengan Allah. Dengan kakinya yang pincang karena pangkal paha yang terpelecok, Yakub sujud sampai ke tanah sebanyak tujuh kali hingga ia sampai dekat kepada kakaknya itu. Sujud sampai ke tanah artinya memberi salam dengan cara terhormat. Ia bahkan memberikan pemberian tanda salamnya. Ini menunjukkan pengakuan Yakub untuk bertobat dari hati yang terdalam dan memohon pengampunan atas segala kesalahannya di masa lampau. Hal ini disambut baik oleh Esau dengan berlari mendapati Yakub lalu memeluk dan menciumnya sambil bertangis-tangisan. Segala perselisihan, perasaan benci dan amarah yang terpendam begitu lama pun sirna. Firman Tuhan mengarahkan kita untuk saling mengaku dan saling mendoakan, supaya kita sembuh. Ketika saling mengaku dan mendoakan, luka yang pernah ada tak lagi menyakitkan walau kita mungkin masih mengingatnya. Sudahkan kita siap untuk memulihkan hubungan yang rusak? Sebelum memperbaikinya, seperti Yakub, berdoalah secara pribadi dengan Tuhan. Kemudian buatlah pengakuan dengan yang bersangkutan, tunjukkan pengakuan itu dengan cara dan waktu yang terbaik untuk memperbaikinya. Mungkin dengan sebuah pertemuan khusus, pemberian, dan berbagai cara lainnya. [RS]