Sebagai orang percaya, melayani sudah seharusnya menjadi kewajiban. Lebih daripada itu, idealnya melayani dilakukan dengan penuh pengabdian bagi Tuhan tanpa motif tertentu dan tanpa mengharap suatu balasan karena kita mengasihi Tuhan. Kendati demikian, sebagai manusia tak jarang muncul perasaan tidak nyaman saat pelayanan yang kita lakukan tidak dihargai orang lain.
Dalam bacaan firman hari ini, kita mendapati kisah martir Kristen yang pertama, yaitu Stefanus. Alkitab mencatat bagaimana akhir hidup Stefanus yang dilempari batu sampai mati oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi ada satu peristiwa unik yang tercatat sesaat sebelum Stefanus dilempari batu hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah Stefanus melakukan pelayanannya dengan menegur secara keras perbuatan mereka yang telah menolak keberadaan Yesus sebagai Mesias, hal itu begitu menusuk hati anggota-anggota Mahkamah Agama yang membuat mereka menjadi geram. Saat itulah Stefanus menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Jika pada umumnya Alkitab sering menggambarkan Yesus duduk di sebelah kanan Allah, tetapi pada peristiwa sebelum kematian Stefanus ini, disebutkan bahwa Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Hal ini menjelaskan bagaimana Tuhan Yesus secara langsung menyaksikan, menghargai, serta menyambut kematian hamba-Nya Stefanus. Ini menjadi pengingat sekaligus penghiburan bagi kita. Jika kita mulai tergoda mengharap penghargaan dari manusia, ingatkan diri kita bahwa kelak kita akan mendapat penghargaan dari Tuhan. Manusia bisa saja tidak melihat dan menghargai pelayanan kita, tetapi Tuhan tidak pernah abai menghargai kita. Ia tahu betul segala hal yang kita lakukan dengan tulus dan tak terlihat. Tetaplah melayani dan lakukan yang terbaik. Kelak, jika pekerjaan itu tahan uji, kita bahkan akan mendapat upah (1 Korintus 3:14). [RS]