Setiap orang memiliki kelemahan. Namun kelemahan seringkali menjadi penghambat bagi kemajuan seseorang dan justru menjadikan mereka kecewa. Kita perlu memandang dengan benar kelemahan dalam diri kita. Alkitab menuliskan secara gamblang kelemahan para tokoh Alkitab. Musa adalah seorang yang temperamental dan juga seorang pembunuh. Istri Hosea adalah seorang pelacur. Petrus menyangkal Tuhan Yesus. Nuh mabuk. Yunus adalah seorang rasis. Yakub adalah pembohong. Markus meninggalkan Paulus. Yeremia depresi dan ingin bunuh diri. Tomas ragu-ragu. Timotius menderita maag. Semua ini memberikan pemahaman bagi kita bahwa setiap manusia tanpa terkecuali, terlepas dari karunia dan kekuatan mereka, adalah juga manusia yang lemah, rentan, dan perlu bergantung pada Tuhan dan sesama.
Tidak perlu menyangkal kelemahan, terima dan akuilah. Sering kali perubahan datang ketika kita dengan jujur mengakui kerentanan dan kelemahan kita di hadapan Tuhan. Alkitab sendiri memberitahu bahwa kelemahan adalah pintu bagi kita untuk mengalami kuasa kekuatan Allah. Sebagaimana Rasul Paulus menyadari betul akan hal ini, yang dengan lantang berkata, "Tapi jawab Tuhan kepadaku: âCukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.â Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku." Bagaimana dengan Anda? Apa kelemahan yang ada di dalam hidup Anda. Apakah Anda merasa kecil hati dan kecewa dengan kelemahan tersebut? Sadari bahwa ini adalah titik di mana kita memerlukan kasih karunia Kristus, saat di mana kuasa Yesus akan sungguh-sungguh nyata di dalam kelemahan kita. Kelemahan adalah pintu untuk merasakan kuasa Kristus, supaya kita bergantung sepenuhnya pada kuasa ilahi. Mari kita bersikap seperti Paulus, yang menghadapinya dengan bersandar pada kasih karunia Tuhan, sehingga tak ada celah bagi kita untuk memegahkan diri! Agar nama Tuhan ditinggikan melalui hidup kita. [RS]