Cerita tentang kesepuluh orang yang terkena penyakit kusta merupakan sebuah kejadian yang relevan dengan kondisi saat ini. Diantara sepuluh orang yang disembuhkan Tuhan, hanya satu yang memuliakan Allah dan kembali kepada Yesus untuk menyatakan rasa syukurnya. Alkitab bahkan menulis secara spesifik pada ayat enam belas bahwa orang itu berasal dari Samaria. Saat itu, Samaria dan Yahudi sedang mengalami konflik panjang dan saling tidak menyukai satu sama lain. Tetapi, hal tersebut tidak menghentikan orang yang disembuhkan Yesus untuk datang dan menyembah-Nya.
Setiap kita orang percaya, pasti mengalami begitu banyak kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Namun pertanyaannya adalah apakah kita memiliki hati yang menyembah setiap saat. Hati yang menyembah berbicara mengenai hidup yang penuh pengabdian kepada Tuhan. Ketika kita menyadari peran anugerah Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita, seharusnya kita memberi diri seutuhnya kepada Tuhan sebagai rasa syukur kita. Kesungguhan penyembahan seseorang dapat dilihat ketika ia berusaha untuk memenuhi apa pun yang Tuhan minta dengan senang dan tulus hati. Sebab hati yang menyembah selalu berorientasi kepada kebahagiaan tuannya. Bahkan, kebahagiaan dirinya diukur dari kebahagiaan tuannya. Jika kita memang memiliki hati yang menyembah, maka kita akan selalu mencari cara agar hidup kita menyenangkan Tuhan, memuliakan nama-Nya. Kita tak lagi hanya berdiam diri, tetapi rindu untuk menjadi berkat bagi sekeliling kita. Karena itu, mari periksa hati kita, apakah kita sungguh-sungguh memiliki hati yang menyembah, apakah kita sudah menjalani hidup yang mengabdi kepada Tuhan, dan apakah setiap detil hidup kita sudah menyenangkan Tuhan dan memuliakan nama-Nya. [KH]