Anne Bishop, penulis novel pemenang Crawford Award, pernah berkata, "Segala sesuatu ada harganya. Pertanyaannya, apakah Anda bersedia untuk membayar?" Pernyataan ini ada benarnya. Setiap perkataan, tindakan, dan keputusan yang diambil, pasti ada konsekuensinya. Salah satu yang membedakan adalah kapan kita akan mengalaminya. Ada konsekuensi yang sifatnya langsung, bahkan instan, ada konsekuensi yang baru akan kita alami setelah jangka waktu cukup panjang. Konsekuensi itulah harga yang harus kita bayarkan di dalam kehidupan ini, suka atau tidak suka, kita pasti harus membayarnya. Ketika manusia pertama, Adam dan Hawa, jatuh ke dalam dosa, maka ada konsekuensi dosa yang harus dibayar (Kejadian 3:16-19). Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Harga yang harus dibayar oleh manusia dan seluruh keturunannya begitu besar, yaitu kepastian menuju hukuman yang kekal.
Namun puji dan syukur kepada Tuhan, karena kasih-Nya yang begitu besar bagi seluruh umat manusia, Ia merancangkan rancangan keselamatan. Suatu rencana penebusan yang akan dilakukan-Nya sendiri. Allah mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, turun ke dunia, dengan tidak mempertahankan kesetaraan-Nya dengan Allah, mengambil rupa manusia. Dalam kemanusiaan-Nya itu, Yesus taat pada rencana Allah. Yesus taat sampai mati, bahkan sampai mati di atas kayu salib. Anugerah keselamatan yang kita terima dengan cuma-cuma itu bukan tidak ada harganya. Tetapi justru terlalu mahal untuk kita bayar, kita tidak akan pernah sanggup untuk melakukannya bagi diri kita sendiri, hanya Yesus yang sanggup membayarkan harganya bagi kita semua. Lantas sekarang apa harga yang harus kita bayar? Sebagaimana Yesus yang telah merendahkan dan mengosongkan diri-Nya untuk taat pada rencana penebusan, maka kita pun harus merendahkan diri kita dan taat pada kehendak Allah atas hidup kita. Sebagai orang yang telah ditebus dan harganya telah lunas dibayar oleh Yesus, kita tidak lagi memiliki hak atas hidup kita. Hidup yang ada pada diri kita saat ini semata-mata adalah untuk Tuhan, milik Tuhan dan bagi kemuliaan-Nya. Yesus telah mencurahkan darah-Nya di Kalvari untuk membayar lunas penebusan atas hidup kita, itu sebabnya sudah sepantasnya kita mengabdikan diri kita sepenuhnya pada panggilan dan rencana Tuhan. Seperti pujian yang mengatakan: "Hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku." [HS]