Charles Spurgeon mengatakan, "Jika Anda lebih berbahagia dan bernilai atas pemberian Tuhan daripada Tuhan itu sendiri, Anda sebenarnya sedang menciptakan Tuhan lain selain Dia." Harus diakui, tak sedikit orang yang tertarik pada Yesus karena motivasi akan kuasa-Nya, di mana Yesus bisa memberi berkat, menjawab doa, menjadikan berhasil, menyelamatkan dari bahaya, menyembuhkan penyakit, mencukupkan kebutuhan hidup, melakukan mujizat, dan berbagai alasan spektakuler lainnya. Hal demikian tidak boleh menjadi landasan iman dan motivasi kita.
Dalam bacaan firman Tuhan hari ini, diceritakan bahwa ada banyak orang yang berbondong-bondong mengikut Yesus, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Namun Yesus yang mengetahui maksud hati mereka, dengan gamblang menyatakan bahwa sesungguhnya mereka mencari-Nya karena mereka telah makan roti dan kenyang. Atas hal inilah, Yesus menegaskan agar mereka hendaknya percaya kepada Dia yang telah diutus Allah. Dengan kata lain, mereka harus mempercayai Yesus sebagai Mesias, yang adalah Tuhan, Penebus, dan Juruselamat. Jawaban Yesus kepada orang banyak saat itu harus menjadi landasan iman kita saat ini. Berapa banyak dari kita yang lebih mencintai berkat-berkat Tuhan? Hati-hati agar kita tidak terpesona akan mujizat Tuhan semata. Jangan sampai berkat-berkat Tuhan mengaburkan kita pada berkat terbesar yaitu kekekalan, yang kita peroleh melalui pengorbanan Yesus Kristus. Kristus sendiri adalah berkat kekal, yang tanpa-Nya kita hanya akan menuju pada kebinasaan kekal. Karenanya, marilah kita percaya penuh kepada Yesus tanpa embel-embel, tanpa ada "udang di balik batu". Milikilah motivasi yang benar dalam mengikut Yesus dan juga iman yang teruji dalam mengiring Yesus. Iman yang teruji oleh masalah apa pun, seperti iman Sadrakh dan kawan-kawannya yang tetap kokoh dan percaya sekalipun Tuhan tidak menjawab mereka (Daniel 3:17-18). Jangan sampai iman kita hanyalah "iman karena mujizat" tetapi iman karena "percaya kepada Tuhan Yesus". [RS]