Bagi umat Israel, mengoyakkan pakaian merupakan tanda berkabung, dukacita, dan penyesalan atas kesalahan mereka. Mengoyakkan pakaian menyiratkan pengakuan dosa. Namun Tuhan melihat bahwa mengoyakkan pakaian ini pada akhirnya hanya menjadi kebiasaan belaka, bahkan sekedar ajang pamer kesalehan tanpa perubahan hidup. Itulah sebabnya firman Tuhan berkata, "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu". Penyesalan kita yang dalam harus mengoyakkan hati dan bukan sekedar pakaian kita, sebab yang Tuhan kehendaki adalah jiwa yang hancur oleh penyesalan dan pertobatan. Hati yang remuk redam oleh penyesalan tidak akan Allah abaikan (Mazmur 51:17 FAYH).
Saul adalah contoh orang yang mengoyakan pakaiannya, namun tidak dengan hatinya. Ia harus membayar ketidaksungguhannya kepada Tuhan. Dalam pengejarannya terhadap Daud, ia telah mempermainkan Tuhan dengan penyesalannya yang main-main. Ketika Daud berkesempatan membunuh Saul, Daud malah membiarkannya hidup. Saul terharu dan menangis dengan nyaring (1 Samuel 24). Apakah kita menyangka ia telah bertobat dan berhenti mengejar Daud? Nyatanya tidak. Beberapa waktu kemudian, Saul kembali mengejar Daud untuk membunuhnya (1 Samuel 26). Saul telah menyiapkan jerami dan kayu bagi murka Allah. Tuhan undur dari padanya dan telah menjadi musuhnya (1 Samuel 28:16). Pada akhirnya Saul beserta ketiga anaknya dan seluruh tentaranya mati di hari yang sama (1 Samuel 31:6). Ketika Tuhan meminta kita untuk mengoyakkan hati dan bukan pakaian kita, itu artinya Ia meminta kita untuk sungguh-sungguh berbalik pada-Nya. Jika Anda menyesal atas suatu dosa, biarlah penyesalan itu membawamu pada pertobatan dan perubahan hidup. Apapun penyesalanmu, judi, mabuk, zinah, memaki, menipu, angkuh, koyakkanlah hatimu! Tinggalkan hidup yang lama, beranjak, dan jalanilah yang baru bersama Roh Allah yang pasti memampukkan kita. [LS]