Kita berdoa kepada Tuhan dengan iman dan percaya. Kita berdoa untuk kesembuhan, untuk rekonsiliasi dalam hubungan, untuk kejelasan, untuk berbagai hal dalam kehidupan kita. Kita memohon Tuhan dengan sungguh, kita menangis, kita berpuasa, kita membaca Alkitab, dan berusaha untuk melakukan segalanya dengan benar. Namun seberapa sering kita merasa Tuhan seperti tidak mendengarkan atau tidak menjawab doa kita. Tak jarang, kita mendapat jawaban "tidak" dari Tuhan. Kita sudah memohon kepada Tuhan dengan sungguh, dengan yakin dan percaya, tetapi Ia tetap tidak mengubah hidup kita.
Kita yang telah mengalami hal tersebut akan dapat memahami Paulus dalam bacaan Alkitab hari ini. Paulus adalah hamba Tuhan dengan iman dan pengabdian yang luar biasa. Namun ketika ia meminta Tuhan untuk meringankan rasa sakitnya â tidak hanya sekali, tapi tiga kali â Tuhan menjawab, "Tidak." Tuhan tidak selalu menjawab doa kita dengan jawaban sesuai yang kita harapkan. Ia tidak bekerja seperti kita bekerja, berpikir seperti kita berpikir, atau bergerak seperti yang kita harapkan. Tuhan jauh lebih dari yang dapat dipahami oleh pikiran dan hati kita, Ia ingin mencurahkan kasih-Nya yang sempurna pada kita, Ia ingin menghibur kita, dan Ia ingin bergerak dalam hidup kita demi kebaikan kita dan kemuliaan-Nya. Memang tidak selalu mudah untuk memahami jawaban Tuhan atas doa-doa kita, tetapi kita harus percaya bahwa Ia mendengarkan kita dan menginginkan yang terbaik untuk kita. Saat Tuhan mengatakan "tidak", bisa jadi karena apa yang kita doakan tidak sejalan dengan kehendak-Nya dan bukan merupakan yang terbaik bagi kita. Ketika Tuhan mengatakan "tidak" pada sesuatu, Ia mengatakan "ya" pada sesuatu yang lain dan menuntun kita ke arah yang berbeda karena Ia mempunyai rencana lain untuk kita, sesuatu yang lebih besar daripada yang dapat kita doakan atau bayangkan (Efesus 3:20). Jadi saat kita berdoa dengan iman kepada Tuhan, kita juga harus memiliki kerendahan hati dan siap untuk melepaskan apa yang menjadi keinginan atau harapan kita jika jawaban Tuhan tidak sama dengan apa yang kita harapkan. Kita tidak tahu apa yang terbaik bagi kita. Sebaliknya, Tuhan ingin mencurahkan kasih-Nya yang sempurna pada kita. Ia ingin menghibur kita, dan merencanakan yang terbaik bagi kita. Seperti yang Tuhan katakan kepada Paulus ketika permintaannya ditolak, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu." Kesediaan untuk melepaskan keinginan dan harapan akan memampukan kita untuk merendahkan diri kita di hadapan-Nya, mengingat bahwa Ia selalu berdaulat, bahkan ketika kita tidak memahaminya, percaya akan kebaikan dan kesetiaan-Nya, meskipun keadaan kita penuh tantangan. [EH]