Kita baru tiga bulan memasuki tahun yang baru, namun kita melihat ribuan agenda sudah "antre" untuk dimasukkan ke dalam jadwal kalender kita. Mulai dari jadwal pekerjaan, pelayanan, keluarga, pertemuan-pertemuan, olahraga, dan hal-hal terkait resolusi kita. Kita merasa 365 hari tidaklah cukup dibandingkan padatnya hal-hal yang ingin kita capai. Jika di tahun yang lalu kita "lari terburu-buru", ada baiknya di tahun ini kita mulai mengatur ritme hidup kita dengan lebih baik.
Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa setiap tindakan terburu-buru mempunyai dampak yang negatif (Amsal 19:2). Tidak heran kita melihat tingkat stress di ibu kota sangatlah tinggi, banyak orang menjadi menyebalkan, mereka kehilangan kegembiraan, mudah marah-marah, dan juga sulit tidur. Firman Tuhan menuliskan, "Over-work makes for restless sleep" (Pengkhotbah 5:3 The Message). Dengan kata lain, bekerja berlebihan akan membuat tidur tidak nyenyak. Oleh karena itu, yang perlu kita pikirkan adalah strategi untuk memperlambat hidup kita ke arah yang lebih rasional dan bermanfaat. Di dalam bacaan Alkitab hari ini, kata "ketenangan" berasal dari kata "nachath" yang berarti pula istirahat dan keheningan. Alkitab memberi petunjuk untuk pola hidup yang patut kita teladani, di mana Tuhan sendiri berhenti pada hari ke tujuh. Maka, sah bagi Anda untuk mengambil satu hari dalam seminggu di mana Anda benar-benar mengistirahatkan fisik, pikiran, dan emosi Anda. Di hari itu, Anda boleh menciptakan keheningan hanya dengan berdiam diri, tanpa media sosial, tanpa laptop, tanpa nada dering dari smartphone Anda. Kembali pusatkan hidup Anda kepada Tuhan, merenungkan hidup Anda ke dalam perspektif firman-Nya, seperti Raja Salomo yang terlebih dahulu melihat banyaknya kesia-siaan dari segala jerih payah, dan telah menyimpulkan bahwa segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin. Di waktu-waktu istirahat dan keheninganlah, Anda dapat kembali merenungkan hidup yang Tuhan inginkan atas Anda, mensyukuri dan memaknai setiap momen yang terjadi, dan mengingat betapa agungnya Tuhan dengan memberi penghormatan dan kemuliaan yang layak Ia terima. Dengan cara demikian, Anda telah kembali mengisi "baterai" fisik, pikiran, dan emosi Anda. [LS]