Setelah Yesus berkata: "Sudah selesai!", salah satu masalah terbesar yang Ia tuntaskan adalah mendamaikan hubungan kita dengan Allah. Rusaknya hubungan karena dosa tak memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan Allah seperti semula. Kita tak mampu memiliki hubungan dengan Allah melalui usaha sendiri, Allah sendirilah yang mengulurkan tangan-Nya, menyelamatkan kita melalui kematian Anak-Nya. Darah Kristus yang tercurah di kayu yang kasar itu telah memutus tali permusuhan karena dosa, lalu menggantinya menjadi jalan pendamaian. Karena salib Kristus, kita berdamai dengan Allah. Kini, salib-Nya menjadi acuan yang sempurna dalam membangun hubungan-hubungan kita.
Apa yang telah Yesus selesaikan menjadi jalan bagi kita untuk melanjutkannya, yaitu menjadi pembawa damai. Inilah esensi penting bagi iman kita, sebab pembawa damai menunjukkan status kita sebagai anak Allah (Matius 5:9). Kini tugas kita adalah menjadi pembawa damai di lingkungan sekitar kita. Ketika terlampau sulit untuk berdamai, terlalu kecewa dengan orang lain, lihatlah kepada salib Kristus, yang menanggung segala derita. Tuhan ingin agar kita menanggalkan segala keakuan, mengosongkan diri agar hati kita hanya benar-benar diisi oleh kasih-Nya. Menjadi pembawa damai memang membutuhkan kerendahan hati, pengorbanan, serta ketundukan penuh pada kehendak Tuhan, di mana ego dan keakuan kita harus dimatikan. Karenanya, ambillah komitmen untuk membayar harga kita sebagai murid Kristus. Mulailah dengan melatih diri menjadi pribadi yang ramah, tidak suka bertengkar, mau mengampuni, tidak mudah tersinggung, berusaha meminta maaf jika memang itu bergantung pada kita, tidak pendendam, tidak membesar-besarkan masalah, dan mematikan sifat yang suka menuntut orang lain secara berlebihan. Siapkah Anda menjadi agen perdamaian? [RS]