Dalam bidang studi metalurgi, pemurnian sangatlah penting. Logam apa pun yang diambil dari bijihnya biasanya tidak murni, sehingga perlu dimurnikan. Pemurnian adalah proses menghilangkan kotoran dari logam. Saat logam dimurnikan dengan cara dipanaskan dengan api, kotoran akan terbakar habis dan hanya logam murni yang tersisa. Analogi pemurnian inilah yang digambarkan oleh Tuhan ketika hendak menguji bangsa Yehuda. Sayangnya, ketika diuji tidak ditemukan adanya kemurnian dalam hidup mereka. "Puputan sudah mengembus, tetapi yang keluar dari api hanya timah hitam, tembaga dan besi. Sia-sia orang melebur terus-menerus, tetapi orang-orang yang jahat tidak terpisahkan," firman Tuhan. Bangsa Yehuda didapati masih berlaku busuk. Tuhan begitu kecewa, sebab itulah Tuhan berkata, "Sebutkanlah mereka perak yang ditolak, sebab TUHAN telah menolak mereka!"
Firman ini patut kita renungkan. Sadarilah bahwa Tuhan sangat fokus terhadap isi hati kita. Hati adalah bagian terpenting yang diuji oleh Tuhan, karena dari hatilah lahir segala tindak-tanduk dan perbuatan kita. Itu sebabnya, kita diminta untuk menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, artinya dengan penuh kehati-hatian. Marilah renungkan area-area apa yang perlu dibenahi di dalam hati kita. Apakah ada ketidakmurnian yang perlu dibakar di dalam hati kita? Mungkin itu hati yang keras, yang tidak mau berubah, hati yang tidak mau mengampuni dan mengasihi, atau juga keangkuhan yang merasa bahwa orang lain tak sepenting diri kita, atau bisa jadi iri hati yang selalu membandingkan diri dengan orang lain, serta berbagai hal lain yang seharusnya dibuang dari dalam hati kita. Mari izinkan firman-Nya membersihkan kita dari berbagai kebusukan hati (Yohanes 17:17) dan memurnikan kita seturut dengan kehendak-Nya. Relakanlah setiap keadaan, masalah, dan ujian memproses hati kita sehingga kita menjadi pribadi yang semakin mengasihi Tuhan, bergantung pada-Nya, mempercayai-Nya sebagai Tuhan yang baik dan sangat mengasihi kita, serta mempercayai janji-janji-Nya. Sebagaimana sabda Tuhan berbunyi, "Relakanlah hatimu untuk bertobat," (Wahyu 3:19). Maka pengujian dari Tuhan tidak menjadi sia-sia. [RS]
Dalam bidang studi metalurgi, pemurnian sangatlah penting. Logam apa pun yang diambil dari bijihnya biasanya tidak murni, sehingga perlu dimurnikan. Pemurnian adalah proses menghilangkan kotoran dari logam. Saat logam dimurnikan dengan cara dipanaskan dengan api, kotoran akan terbakar habis dan hanya logam murni yang tersisa. Analogi pemurnian inilah yang digambarkan oleh Tuhan ketika hendak menguji bangsa Yehuda. Sayangnya, ketika diuji tidak ditemukan adanya kemurnian dalam hidup mereka. "Puputan sudah mengembus, tetapi yang keluar dari api hanya timah hitam, tembaga dan besi. Sia-sia orang melebur terus-menerus, tetapi orang-orang yang jahat tidak terpisahkan," firman Tuhan. Bangsa Yehuda didapati masih berlaku busuk. Tuhan begitu kecewa, sebab itulah Tuhan berkata, "Sebutkanlah mereka perak yang ditolak, sebab TUHAN telah menolak mereka!"
Firman ini patut kita renungkan. Sadarilah bahwa Tuhan sangat fokus terhadap isi hati kita. Hati adalah bagian terpenting yang diuji oleh Tuhan, karena dari hatilah lahir segala tindak-tanduk dan perbuatan kita. Itu sebabnya, kita diminta untuk menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, artinya dengan penuh kehati-hatian. Marilah renungkan area-area apa yang perlu dibenahi di dalam hati kita. Apakah ada ketidakmurnian yang perlu dibakar di dalam hati kita? Mungkin itu hati yang keras, yang tidak mau berubah, hati yang tidak mau mengampuni dan mengasihi, atau juga keangkuhan yang merasa bahwa orang lain tak sepenting diri kita, atau bisa jadi iri hati yang selalu membandingkan diri dengan orang lain, serta berbagai hal lain yang seharusnya dibuang dari dalam hati kita. Mari izinkan firman-Nya membersihkan kita dari berbagai kebusukan hati (Yohanes 17:17) dan memurnikan kita seturut dengan kehendak-Nya. Relakanlah setiap keadaan, masalah, dan ujian memproses hati kita sehingga kita menjadi pribadi yang semakin mengasihi Tuhan, bergantung pada-Nya, mempercayai-Nya sebagai Tuhan yang baik dan sangat mengasihi kita, serta mempercayai janji-janji-Nya. Sebagaimana sabda Tuhan berbunyi, "Relakanlah hatimu untuk bertobat," (Wahyu 3:19). Maka pengujian dari Tuhan tidak menjadi sia-sia. [RS]