Kasih bukan hanya sekadar kata, melainkan sebuah panggilan hidup yang memiliki makna luar biasa. Ketika seseorang hidup dalam kasih, ia mencerminkan karakter Kristus melalui tindakan nyata yang dapat dirasakan oleh orang lain. Mengasihi orang yang bersikap baik kepada kita adalah hal yang mudah. Namun, mengasihi mereka yang memperlakukan kita dengan tidak baik membutuhkan pengorbanan dan komitmen.
Yesus adalah teladan terbaik dalam mempraktikkan kasih. Meskipun dibenci dan ditolak, Ia tetap mengasihi manusia. Mempraktikkan kasih seperti ini adalah tanda kedewasaan rohani bagi seorang murid Kristus. Dalam bacaan Alkitab hari ini, kasih dijelaskan melalui berbagai ekspresi saleh lainnya: sabar, murah hati, tidak egois, tidak menyimpan dendam (mengampuni), dan masih banyak lagi. Semua tindakan ini adalah tanda/ciri dari kedewasaan rohani. Untuk melakukan semua ini, kita harus paham bahwa kita dipanggil untuk menjadi serupa dengan Kristus. Orang yang dewasa rohani sadar bahwa kasih Tuhan bagi manusia sangat besar dan diberikan secara cuma-cuma. Jika kita telah menerima kasih itu, masakan kita tidak ingin membagikannya kepada sesama? Yohanes berkata: "jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yoh 4:11). Mengasihi memang tidak mudah, karena kasih erat kaitannya dengan pengorbanan. Namun, kita bisa memulai dengan langkah kecilâmempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hariâseperti berbagi hal-hal yang kita sukai, menanyakan kabar, menawarkan bantuan, dan sebagainya. Dengan melakukannya, iman kita semakin bertumbuh, dan kita pun bertambah dewasa secara rohani. Jangan pernah mengandalkan diri sendiri dalam hal ini. Tangki kasih manusia memang terbatas, tetapi Tuhan adalah sumber kasih yang tak berkesudahan. Jika kita sungguh-sungguh ingin mengasihi, Tuhan akan memberi kita kekuatan dan hikmat untuk melakukannya, sehingga hari-hari yang kita lewati membuat kita semakin dewasa dalam kerohanian. [KH]