Di sebuah desa di bawah gunung, hidup seorang pemuda miskin. Pakaiannya lusuh dan rumahnya hanyalah dari tumpukkan jerami. Ia tinggal di perbatasan hutan dengan desa. Pada suatu hari, ia memarahi beberapa penduduk desa yang menebang pohon di hutan, dan mengatakan jika menebang pohon di hutan, akan mengakibatkan banjir dan merusak hutan. Marahlah penduduk desa tersebut, mengatakan wajar saja rumahnya jelek dari jerami, karena ia malas dan tidak mau menebang pohon. Penduduk desa pun mengusirnya dari rumahnya. Pergilah ia ke hutan di atas gunung, mendirikan rumahnya yang baru dari tumpukkan jerami, namun setiap penduduk desa melewati rumahnya untuk menebang pohon, mereka melempari rumah jerami si pemuda miskin dengan batu yang dibawa mereka dari desa. Bulan demi bulan berlalu, banjir besar dan tanah longsor menimpa desa di bawah gunung. Sebagian penduduknya lari ke atas gunung menyelamatkan diri. Penduduk itu kaget, ia melihat sebuah rumah kokoh dari batu. Mereka mengetuk pintu, dan betapa kagetnya mereka ternyata pemilik rumah itu si pemuda miskin. Pemuda miskin, menyuruh mereka semua masuk dan memperbolehkan mereka berlindung di kastilnya. Penduduk desa di bawah gunung yang pernah menghina dan mengusirnya memohon maaf. Lalu jawab pemuda itu "Aku sudah sejak lama memaafkan kalian semua, aku pernah menasihati kalian bahayanya menebang pohon, batu-batu yang kalian lemparkan ke rumahku, aku kumpulkan. Dan, aku bangun rumah dari batu-batu itu" Dari kisah di atas, kita melihat dua teladan yang dapat kita contoh. Yang pertama tidak lelah atau menyerah melakukan hal yang benar, dan yang kedua mau mengampuni dan tidak menaruh dendam kepada orang yang mengesalkan hati kita. Kedua hal tersebut adalah hal yang diperintahkan Tuhan Yesus kepada kita, anak-anak-Nya. Jika melakukan kedua hal tersebut, kita sudah membagikan kasih Kristus lewat kehidupan kita. [YO]