Alkisah, seorang zoologi dan temannya sedang berjalan di jalan kota yang sibuk. Di tengah bisingnya lalu lintas, ia berseru kepada temannya, "Dengar suara jangkrik itu!" Temannya heran dan berkata, "Kamu mendengar suara jangkrik di tengah-tengah semua kebisingan ini?" Tanpa sepatah kata pun, zoologi itu mengeluarkan uang logam dari sakunya, dan melemparkannya ke udara. Saat uang logam itu berdenting di trotoar, banyak orang yang menoleh. Disadari atau tidak, kita semua cenderung mendengarkan suara tertentu yang menarik perhatian kita. Seorang ibu tahu suara anaknya di ruangan yang dipenuhi tangisan bayi. Seorang atlet terlatih mendengar suara pelatihnya bahkan ketika ribuan orang berteriak dan bersorak.
Orang yang peka secara spiritual akan mendengar suara Tuhan. Tidak selalu mudah untuk mendengar suara Tuhan di tengah dunia yang semakin bising. Mendengarkan adalah disiplin spiritual dan keterampilan yang harus terus dipelajari. Bagaimana kita belajar mendengarkan suara Tuhan di saat-saat seperti ini? Kita harus belajar untuk diam dan siap mendengarkan suara Tuhan. Kisah Ayub pada bacaan Alkitab hari ini cukup memberi jawaban bahwa doa adalah salah satu cara terbaik untuk mendengarkan suara Tuhan. Kebanyakan dari kita membayangkan doa seperti monolog: Kita berbicara kepada Tuhan, berterima kasih yang tulus dan mengajukan segala permohonan permintaan kita. Tetapi doa yang Tuhan ajarkan kepada Ayub adalah dialog, di mana kita berbicara dengan Tuhan dan Tuhan berbicara kepada kita. Kita harus dapat menunggu Tuhan dalam saat hening, dan memberikan Tuhan kesempatan untuk berbicara kepada kita. Tuhan pun dapat memilih salah satu dari banyak cara untuk berkomunikasi dengan kita, menurut apa yang terbaik pada waktu dan keadaan tertentu. Tuhan dapat berbicara melalui pikiran kita, Ia dapat berbicara melalui firman Tuhan yang kita baca, dan juga melalui nasihat orang lain. Mari belajar untuk menjadi peka agar kita dapat mendengarkan suara Tuhan. [EH]