Surat Ibrani memperlihatkan kondisi orang Kristen mula-mula yang menghadapi penganiayaan besar dan keputusasaan sedang mempertimbangkan untuk kembali pada Yudaisme. Penulis kitab Ibrani memberikan peringatan untuk lebih teliti memperhatikan apa yang telah mereka dengar, supaya mereka jangan hanyut dibawa arus.
Dalam komunitas gereja manapun, kita menemukan orang-orang yang hanyut. Melalui firman Tuhan yang kita baca, kita bisa melihat bagaimana Alkitab menggambarkan kemurtadan sebagai proses yang tidak terjadi dalam semalam. Alkitab berbahasa Inggris menggunakan kata "slipping away", "drift off", dan "drift away". Dalam dunia bahari, semua orang tahu bahwa pengemudi kapal harus disiplin dan terlatih ketika hendak melabuhkan kapalnya. Jika tidak, perlahan kapal dapat hanyut keluar jalur. Bukan tanpa sebab Alkitab menggunakan kata "hanyut", jika kita metaforakan hal ini pada keadaan rohani orang Kristen, kemurtadan bukanlah sesuatu yang dilakukan secara aktif, melainkan sesuatu yang terjadi secara pasif karena apa yang tidak mereka lakukan. Kita sering gagal memegang teguh kebenaran karena kita kurang disiplin dan terlatih dalam mendengarkan firman-Nya secara seksama. Kita hanyut ketika kita lalai terhadap firman Tuhan. Kita tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kita pasif. Sebab menjauh dari Yesus tidak memerlukan usaha apa pun, tetapi tetap berada dalam jalur membutuhkan usaha aktif, yaitu lebih teliti dalam memperhatikan apa yang telah kita dengar. Yesus mengatakan, "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31-32). Tidak akan ada angin, badai, gelombang, dan ketakutan yang dapat menghanyutkan kita apabila kita menambatkan jangkar kita pada firman-Nya. Mari lebih teliti dalam mendengarkan firman-Nya, bila perlu ikuti studi Alkitab yang ada di gereja Anda. [LS]